Selasa, 17 November 2009

Jenis Tarian di Kalimantan Timur

1. Tari Gantar.

gantar

Tarian ini berasal dari Suku Dayak Benuaq dan Tonyooi. Tarian ini dikenal sebagai tarian pergaulan antara muda mudi dan juga untuk menyambut tamu yang datang. Tarian ini melukiskan kegembiraan dalam menanam padi.

Gantar adalah sepotong bambu yang didalamnya diisi dengan biji-biji padi dan tongat panjang yang merupakan asek untuk membuat lubang ditanah saat menanam padi. Juga melukiskan keramah-tamahan suku Dayak dalam menyambut tamu yang datang ke Kalimantan Timur baik sebagai turis maupun investor dan para tamu yang dihormati kemudian diajak turut menari. Pakain yang dipakai di sebut Ulap Doyo kain tenunan asli suku Dayak Benuaq yang diambil dari serat doyo

2. Kancet Tebengang Madang (Tari Enggang Terbang)

tebengang

Kancet Tebengang Madang yang dalam bahasa Indonesia berarti Tari Enggang Terbang. Tarian ini berasal dari Suku Dayak Kenyah yang menggambarkan perpindahan mereka dari Apau Kayan secara menyebar keseluruh wilaayah di Kalimantan Timur, demi mencari kehidupan yang lebih baik.

Dimana burung enggang selalu mengikuti pemimpinnya, begitu juga dengan suku Dayak Kenyah, yang selalu menuruti apa perintah pemimpinnya. Burung enggang juga merupakan symbol perdamaian. Tarian ini diawali dengan “lemaloq” yang merupakan syair dalam bahasa Dayak Kenyah bercerita tentang perjalanan mereka. Tarian ini dibawakan dengan lemah gemulai oleh gadis–gadis Dayak laksana burung enggang yang sedang terbang.

3. Tari Hudoq

hudoq

Tari ini berasal dari suku Dayak Bahau dan Modang, yang merupakan tarian untuk mengusir hama-hama tanaman atau mengusir roh jahat. Biasanya para penari memakai topeng-topeng yang menakutkan dan menyeramkan, supaya dapat mengecoh dan mengusir hama tanaman atau pun roh jahat.

4. Kancet Hudoq Aban

hudoqaban

Tarian ini berasal dari suku Dayak Kenyah. Sama halnya dengan suku Dayak Bahau, tarian ini juga dimaksudkan untuk mengusir hama tanaman dan roh jahat yang mengganggu. Hanya bedanya, adalah pada topeng yang digunakan, dan penari dari Hudoq Aban adalah perempuan yang mengenakan cadar dari bahan manik-manik (Aban).


5. Tari Belian Bawo

belianbawo

Belian adalah salah satu bentuk dari kebudayaan suku Dayak Tonyooi dan Dayak Benuaq untuk mengobati orang sakit. Ada berbagai macam Belian sehingga ada berbagai macam kostum dan berbagai macam gerak tari dan musik yang mengiringi sesuai dengan maksud dari Belian itu sendiri. “Pemelian” atau dukun bertindak sebagai perantara manusia dengan roh roh atau para penguasa dunia dalam menyembuhkan orang sakit.

6. Kancet Pepatai (Tari Perang)

kancetpapatai

Kancet Pepatai adalah tarian dari suku Dayak Kenyah, mengisahkan tentang keberanian para pria (ajai) suku Dayak Kenyah dalam berperang. Tarian ini mengisahakan dari awal mula perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi ajai yang sudah berhasil mengenyahkan musuhnya.

7. Leleng

leleng

Leleng dalam bahasa Kenyah berarti berputar-putar. Adalah Utan Along (sebutan untuk seorang gadis yatim), yang sedang bimbang karena kekasihnya pergi dan belum kembali. Berputar-putar melambangkan kebimbangan. Layaknya orang yang sedang kebingungan lalu mondar mandir. Begitu juga dengan Utan Along. Oleh sebab itu dinamakan Leleng. Tarian ini diiringi oleh nyanyian leleng. Dalam nyanyian itu menceritakan tentang Utan Along.

8. Tari Ngelewai

nglawai

Tarian ini diiringi musik “Rendete” yaitu musik khas suku Dayak Tonyoi-Benuaq. Tarian ini dibawakan oleh gadis-gadis cantik dengan memakai selendang dengan lemah gemulai. Mereka menari laksana kupu-kupu yang sedang terbang mencari kembang untuk dihisap madunya. Tarian ini juga biasa dibawakan sebagai tarian menyambut tamu dan acara sukacita.

9. Kancet Punan Letto

punan leto

“Punan” artinya merebut, “letto” artinya gadis/wanita. Tarian ini menceritakan tentang dua orang pemuda yang sama-sama menyukai seorang gadis dan memperebutkannya. Pemuda yang mempertahankan gadisnya dengan gagah berani akhirnya memenangkan pertarungan tersebut. Sudah merupakan sifat suku Dayak Kenyah, untuk memepertahankan miliknya apa pun itu bentuknya.

10. Tari Persatuan dan Kesatuan

anyam

Tarian ini berasal dari suku Dayak Kenyah. Semula, tarian ini dinamakan “KANCET MENYAM TALI” berarti Tarian Anyam Tali. Para penari memegang tali atau pita aneka warna yang menjadi perlambang atau symbol dari keanekaragaman suku, adat, budaya dan agama masyarakat yang tinggal di Kalimantan Timur. Pita tersebut kemudian dianyam menjadi simpul yang terpadu. Tarian ini mengilhami Gubernur Kalimantan Timur, H. Suwarna Abdul Fatah untuk menjadikan tarian wajib bagi masyarakat Kalimantan Timur karena sesuai dengan situasi dan kondisi daerah ini. Oleh karena itu dinamakan Tarian Persatuan dan Kesatuan.

11. Belian Sentiyu

setinyu

Sama halnya dengan Tarian Belian Bawo, tarian ini juga berasal dari suku Dayak Tonyooi dan Dayak Benuaq. Maksud dan tujuan dari tarian ini juga untuk mengobati orang sakit dan mengusir roh jahat. Perbedaannya adalah pada kostum, apabila pada Belian Bawo memakai gelang bergemerincing yang memekakkan telinga pendengarnya pada Belian Sentiyu memakai persembahan beras yang akan ditaburkan oleh pemeliannya.

12. Tekenaq Bungan Malan

takenang

Bungan Malan adalah seorang Dewi bagi suku Dayak Kenyah yang sangat diagungkan. Bagi suku Dayak Kenyah, Bungan Malan adalah Tuhan yang disembah. Digambarkan bahwa Bungan Malan adalah seorang Dewi yang arif bijaksana serta sangat sakti. Oleh karena itu sangat disegani dan diagungkan oleh suku Dayak Kenyah. Dalam tarian ini seorang penari perempuan yang menarikan Bungan Malan akan diangkat oleh para ajai dengan memakai gong, sebagai perlambang Dewi tersebut sangat disanjung dan dipuja.

Senin, 16 November 2009

Jenis Tari Banjar

Jenis-jenis Tari Banjar

Bagandut

Jenis tari tradisional berpasangan yang di masa lampau merupakan tari yang menonjolkan erotisme penarinya mirip dengan tari tayub di Jawa dan ronggeng di Sumatera. Gandut artinya tledek (Jawa)

Baksa Dadap

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Baksa Hupak

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Baksa Kambang

Merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke Kalimantan Selatan, penarinya adalah wanita. Tari ini merupakan tari tunggal dan dapat dimainkan oleh beberapa penari wanita.

Tarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang sedang merangkai bunga. Sering dimainkan di lingkungan istana. Dalam perkembangannya tari ini beralih fungsi sebagai tari penyambutan tamu.

Baksa Kantar

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Baksa Kupu-Kupu Atarung

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Baksa Lilin

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan membawa lilin.

Baksa Panah

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan memanah yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Baksa Tameng

Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan menggunakan tameng (perisai) yang disebutkan dalam Hikayat Banjar..

Baksa Tumbak

Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.

Balatik

Latik artinya tunas, balatik artinya bertunas. Tarian ini menggambarkan tumbuhnya tunas-tunas muda seniman tari Banjar.

Baleha

Merupakan jenis tari berpasangan

Batarasulan

Merupakan jenis tari berpasangan

Bogam

Bogam adalah rangkaian bunga mawar dan melati. Tarian ini merupakan tari selamat datang dengan mempersembahkan kembang bogam kepada para tamu.

Dara Manginang

Tarian ini menggambarkan anak dara yang sedang menginang.

Garah Rahwana

Tarian yang menggambarkan sifat antagonis tokoh Rahwana dalam wayang Banjar.

Hantak Sisit

Merupakan jenis tari berpasangan

Hanoman

Tarian yang bakul getuk

Japin Batuah

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu, semua penari adalah wanita.

Japin Bujang Marindu

Merupakan jenis tari berpasangan yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu. Tari mengambarkan kerinduan seorang kekasih setelah lama pergi merantau kemudian kembali ke kampung halaman.

Japin Dua Saudara

Tarian yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan budaya Melayu.

Japin Hadrah

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang mengangkat kesenian Hadrah ke dalam gerak tari yang dinamis, semua penari adalah wanita.

Japin Kuala

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang bergaya daerah Banjar Kuala. Penarinya pria dan wanita berpasangan.

Japin Pasanggrahan

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dengan semua penarinya adalah wanita.

Japin Rantauan

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam

Japin Sisit

Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam. Penarinya adalah wanita dengan mengenakan busana baju kurung sisit.

Kuda Kepang

Tari prajurit berkuda (kavaleri), merupakan pengaruh budaya Jawa.

Ladon

Ladon merupakan nama pasukan kerajaan Banjar. Tarian ini menggambarkam tari keprajuritan dan semua penarinya laki-laki. Tari ini sering dibawakan sebagai tari pembuka pada kesenian mamanda yaitu teater tradisonal Banjar, yang pertama kali berkembang dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin.

Maayam Tikar

Merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.

Ning Tak Ning Gung

Merupakan tari dolanan anak-anak yang menggambarkan anak-anak yang sedang bermain.

Paris Tangkawang

Merupakan jenis tari berpasangan

Radap Rahayu

Merupakan tari semi klasik Banjar yang sering dalam menyambut tamu agung dan ditarikan dalam upacara perkawinan, para penarinya adalah wanita.

Tari ini menceritakan tentang kapal prabayaksa yang kandas di muara Lokbaitan . Tari ini mengambarkan upacara puja Bantan(tapung tawar)Tujuan tari ini adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan doa agar kapal

Rudat

Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi duduk.

Sinoman Hadrah

Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi berdiri.

Tanggui

Tari yang menggambarkan para wanita yang memakai tanggui yaitu sejenis topi lebar).

Tameng Cakrawati

Tari yang menggambarkan seorang isteri (Cakrawati) yang melanjutkan perjuangan suaminya melawan penjajah Belanda.

Tirik Kuala

Merupakan jenis tari tradisional yang bergaya tirik, yaitu jenis tari dan lagu yang bergaya daerah Hulu Sungai. Dengan diiringi lagu : Tirik_Japin

Tirik Lalan

Merupakan jenis tari tradisional berpasangan (pergaulan) yaitu penari putera dan puteri yang bergaya tirik yaitu jenis tari yang berasal dari daerah Hulu Sungai.

Topeng Kelana

Merupakan jenis tari topeng dengan tokoh Kelana, tari ini merupakan pengaruh budaya Jawa.

Topeng Wayang

Merupakan jenis tari berpasangan

Topeng


Topeng yang dipakai pada tarian topeng etnis Banjar.

Merupakan jenis tari klasik yang berasal dari Tapin yang biasanya dibawakan oleh tiga orang yang masing-masing memainkan sebuah karakter yaitu Gunung Sari, Patih dan Tumenggung dengan diiringi gamelan Banjar. Sebelum melakukan tarian topeng dilakukan suatu ritual dengan menyediakan sesajian terlebih dahulu yaitu sebiji telur ayam kampung, ketan, dan kopi pahit, yang diletakkan di dekat area pertunjukkan, maksudnya agar saat menari, roh dari topeng ini tidak mengganggu si penari. Tarian ini umumnya dilakukan oleh penari pria, kadang-kadang oleh penari wanita.

Jumat, 13 November 2009

Tari Bengkulu

1. Tari Andun

Tari Andun merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari andun biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya, saat ini dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat khususnya bujang gadis.

2. Tari Persembahan

Tari persembahan merupakan tari menyambut tamu penting yang datang di suatu daerah di Kabupaten Seluma. Tamu yang datang disambut dengan permainan pencak silat yang dimainkan oleh 2 orang laki-laki dengan iringan rebana. Kemudian tamu dipersilahkan berjalan dan disambut oleh pasangan bujang gadis yang berpakaian adat daerah yang menawarkan sekapur sirih untuk dikunyah sebagai simbol penerimaan masyarakat terhadap tamu yang datang.

3. Bedendang

Bedendang merupakan kesenian masyarakat yang dimainkan pada malam hari pada kegiatan perkawinan. Para pemainnya umumnya laki-laki dengan alat musik pendukung lainnya. Disamping itu, secara bergiliran para pemain musik tersebut juga memainkan tarian secara berpasangan.

4. Rebana

Rebana merupakan kesenian masyarakat yang dimainkan oleh para ibu-ibu atau kaum perempuan pada waktu ada keramaian baik desa. Rebana dimainkan untuk mengiringi lagu yang dibawakan seseorang.

5. Tari Ulu-Ulu

Tarian khas rakyat Seluma ini biasanya diselenggarakan pada saat tertentu misalnya pawa waktu pesta pernikahan.

Tari Aceh

Tari Seudati

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.

Tari seudati masuk bersamaan dengan penyebaran agama Islam ke Aceh. Media tari ini dimanfaatkan oleh penganjurpenganjur
Islam dalam pengembangan agama Islam di Aceh. Sebelum seudati, tari ini bernama RATOH yang artinya
menceritakan. Dalam Ratoh ini dapat diceritakan segala sesuatu yang menyangkut aspek kehidupan masyarakat.
Umpamanya : kisah sedih, gembira, nasehat dan membangkitkan semangat.
Penganjur-penganjur Islam yang kebanyakan berasal dari Arab maka secara langsung bahasa atau istilah yang
dipergunakan dalam penyebaran agama dititik beratkan pada istilah bahasa Arab. Maka sekaligus media ratoh ini
dipengaruhi dengan istilah-istilah Arab. Syahadati dan syahadatain menjadi seudati, kemudian saman menjadi
meusaman ( yang artinya delapan ) orang.
Kedua istilah ini digunakan sampai sekarang. Adapula pendapat lain mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata
serasi ( artinya harmonis/serasi ). Dahulu seudati berkembang dikabupaten Pidie dan Aceh Utara, sekarang sudah
berkembang di kabupaten dan kotamadya lainnya dalam daerah Istimewa Aceh.
Dalam penampilannya tari seudati ini dipimpin oleh seorang Syekh (pimpinan). Syekh ini dibantu oleh wakil yang disebut
Apet Syekh. Tari ini ditarikan oleh delapan orang penari dan dibantu oleh dua orang penyanyi sebagai pengiring tari
(Aneuk Syahi).
Dituliskan oleh Taloe (sebuah lembaga kesenian independen non pemerintah) yang eksis menggali dan mengkaji
sejarah kesenian tradisional aceh serta peduli terhadap pembangunan kesenian aceh.seudati1

Tari Ratéb Meuseukat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tari Ratéb Meuseukat

Tari Ratéb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.

Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman milik suku Gayo. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang.

Keterkenalan tarian ini seperti saat ini tidak lepas dari peran salah seorang tokoh yang memperkenalkan tarian ini di pulau Jawa yaitu Marzuki Hasan atau biasa disapa Pak Uki.

Kamis, 12 November 2009

Tari Topeng

Tari Topeng


Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang.

Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari.

Seperti yang saya sebutkan diatas, masing-masing warna topeng yang dikenakan mewakili karakter tokoh yang dimainkan, sebut saja misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan (tempramental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari sendiri adalah biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng.

Jika anda berminat untuk menyaksikan tarian yang dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari cantik, seorang sinden, dan sepuluh orang laki-laki yang memainkan alat musik pengiring, di antaranya rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe ini, silahkan datang saja ke Cirebon. Tarian ini biasanya akan dipentaskan ketika ada acara-acara kepemerintahan, hajatan sunatan, perkawinan maupun acara-acara rakyat lainnya.

Tari Bali

Tari Legong Keraton - Tari Bali

Legong Keraton adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat komplek dan diikat oleh struktur tabuh pengiring yang konon mendapat pengaruh dari Tari Gambuh. Kata Legong Keraton terdiri dari dua kata yaitu legong dan kraton. Kata legong diduga berasal dari kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes. Lemah gemulai. Sementara “gong” berarti gambelan. “leg” dan “gong” digabung menjadi legong yang mengandung arti gerakan yang diikat, terutamaaksentuasinya oleh gambelan yang mengiringinya.

Jadi Legong Keraton berarti sebuah tarian istana yang diiiringi oleh gambelan. Sebutan legong kraton merupakan perkembangan berikutnya. Ada praduga bahwa Legong Kraton berasal dari pengembangan Tari Sang Hyang.

Pada mulanya legong berasal dari Tari Sang Hyang yang merupakan tari improvisasi dan kemudian gerak-gerak improvisasi itu ditata, dikomposisikan menurut pola atau struktur dari pegambuhan (gambelan). Gerakaan-gerakan tari yang membangun Tari Kraton ini disesuaikan dengan gambelan sehingga tari ini menjadi tarian yang indah, dinamis dan abstrak. Gambelan yang dipakai mengiringi tari ini dalam seni pertunjukan kemasan baru adalah gambelan gong kebyar.

Tari Kecak - Tari Bali

Tari Kecak yang sering disebut "The Monkey Dance" bagi kalangan wisatawan merupakan tari dalam bentuk drama relative baru tetapi telah menjadi pertunjukkan yang sangat populer/terkenal dan telah menjadi pertunjukkan yang mesti ditonton baik bagi wisatawan domestik maupun luar negeri. Adegan-adegan tari kecak telah dipromosikan di beberapa poscard, buku petunjuk pariwisata dan lain-lainnya.

Nama Kecak adalah adalah sebuah nama yang secara langsung diambil setelah suara "cak, cak" yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan. Ada beberapa yang menerangkan bahwa kata atau suara “cak” sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting dan significant di dalam pertunjukan.

Asal muasal tari kecak

Tak diketahui secara pasti darimana tarian kecak berasal dan dimana pertama kali berkembang, namun ada suatu macam kesepakatan pada masyarakat Bali kecak pertama kali berkembang menjadi seni pertujukan di Bona, Ganyar, sebagai pengetahuan tambahan kecak pada awalnya merupakan suatu tembang atau musik yang dihasil dari perpaduan suara yang membentuk melodi yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian Sahyang yang disakralkan. Dan hanya dapat dipentaskan di dalam pura. Kemudaian pada awal tahun 1930an astist dari desa Bona, Gianyar mencoba untuk mengembangkan tarian kecak dengan mengambil bagian cerita Ramayana yang didramatarikan sebagai pengganti Tari Sanghyang sehingga tari ini akhirnya bisa dipertontontan di depan umum sebagai seni pertunjukan. Bagian cerita Ramayana yang diambil pertama adalah dimana saat Dewi Sita diculik oleh Raja Rahwana.

Perkembangan Tari Kecak Di Bali

Tari kecak di Bali mengalami terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.

Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar. Kegiatan kegiatan seperti festival tari Kecak juga sering dilaksanakan di Bali baik oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun 1979 dimana melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.

Pola Tari Kecak

Sebagai suatu pertunjukan tari kecak didukung oleh beberapa factor yang sangat penting, Lebih lebih dalam pertunjukan kecak ini menyajikan tarian sebagai pengantar cerita, tentu musik sangat vital untuk mengiringi lenggak lenggok penari. Namun dalam dalam Tari Kecak musik dihasilkan dari perpaduan suara angota cak yang berjumlah sekitar 50 – 70 orang semuanya akan membuat musik secara akapela, seorang akan bertindak sebagai pemimpin yang memberika nada awal seorang lagi bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah seorang bertindak sebagai penembang solo, dan sorang lagi akan bertindak sebagai ki dalang yang mengantarkan alur cerita. Penari dalam tari kecak dalam gerakannya tidak mestinya mengikuti pakem pakem tari yang diiringi oleh gamelan. Jadi dalam tari kecak ini gerak tubuh penari lebih santai karena yang diutamakan adalah jalan cerita dan perpaduan suara.



Tari Barong - Tari Bali

Tarian ini merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis.

Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali. Pertunjukan tari ini dengan atau tanpa lakon, selalu diawali dengan pertunjukan pembuka, yang diiringi dengan gamelan. Ada beberapa jenis tari barong namun yang sering dipentaskan untuk konsumsi pariwisata yaitu jenis Baring Ket. Sakralisasi Barong & Rangda klik di sini

tari barongBarong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak tari yang lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.

Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan tentang pertarungan tanpa akhir antara kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda).


Tari Cak Api (Fire Dance) - Tari Bali

Tari Cak Api (Fire Dance) adalah pertunjukkan Tari Cak Ramayana yang pada bagian akhir pertunjukannya ditambahkan dengan pertunjukkan Tari Sang Hyang Jaran. Tari ini adalah sendratari kolosal yang dikenal sebagai monkey dance yang melibatkan 50 sampai dengan 150 orang penari yang sebagian besarnya terdiri dari pemain laki-laki dengan memakai busana babuletan (kain yang dipakai secara harmonis diselinggi oleh beberapa aksen dan upacara-upacara lainnya). Penerangan yang dipakai dalam pertunjukkan ini adalah lampu yang bentuknya ditata seperti candi dan diletakkan di tengah-tengah stage sementara seluruh pemain cak duduk melingkar di luarnya. Daya tarik pertunjukkan ini terletak pada jalinan musik vokalnya yang ritmis dan berlapis-lapis (multilayerd). Tari Cak membawakan lakon “Kepandung Dewi Sita” (penculikan Dewi Sita) dari wiracarita Ramayana. Setelah drama penculikan Dewi Sita berakhir, pertunjukkan ini dilanjutkan dengan menampilkan adengan Tari Sang Hyang Jaran.

tari cak apiBagian pertunjukkan ini menampilkan seorang laki-laki penari yang menungganggi boneka kuda dan menari di atas bara api. Bagian pertunjukkan yang memancarkan suasana magis ini diiringi nyanyian koor yang dilakukan oleh pemain cak. Tari Sang Hyang Jaran dahulu hanya dipentaskan pada musim-musim tertentu, yaitu apabila terjadi wabah penyakit atau ada suatu kejadian-kejadian yang dianggap aneh dan meresahkan masyarakat.

Tari ini berkembang di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. Namun, setelah masukknya pariwisata, masyarakat pendukung tari yang dahulunya berfungsi sebagai penolak bala atau pengusir wabah penyakit ini membuat pertunjukkan imitasinya untuk disajikan sebagai seni pertunjukkan wisata dengan menambah cerita Ramayana pada bagian awal pertunjukannya. Adegan berkuda menginjak-injak bara api yang ditampilkan pada pertunjukkan ini sebetulnya tidaklah sungguh-sungguht kesurupan (trance) karena penyajian adegan ini memang ditata sebelumnya dan dalam pengungkapannya diperkuat oleh ekspresi penarinya.



Tari Baris - Tari Bali

Sebagai tarian upacara, sesuai dengan namanya "Baris" yang berasal dari kata bebaris yang dapat diartikan pasukan maka tarian ini menggambarkan ketangkasan pasukan prajurit.

Tari ini merupakan tarian kelompok yang dibawakan oleh pria, umumnya ditarikan oleh 8 sampai lebih dari 40 penari dengan gerakan yang lincah cukup kokoh, lugas dan dinamis, dengan diiringi Gong Kebyar dan Gong Gede. Setiap jenis, kelompok penarinya membawa senjata, perlengkapan upacara dan kostum dengan warna yang berbeda, yang kemudian menjadi nama dari jenis- jenis tari Baris yang ada.

tari baris bali

Rabu, 04 November 2009

Seni Tari Jaipong

Tarian Jaipong Seni Tari Asal Jawa Barat

Jaipongan adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.

Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.

Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.

Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.